Jakarta - Bank Indonesia (BI) melalui Kantor Perwakilan Sumatera Barat (Sumbar) menyoroti upaya percepatan pengembangan desa wisata di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Deputi Kepala Kantor Perwakilan BI Sumbar, Irfan Sukarna, menyatakan bahwa meskipun Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki potensi besar untuk dijadikan destinasi wisata internasional, kendala aksesibilitas masih menjadi tantangan utama yang harus diatasi.
"Aksesibilitas merupakan kunci utama yang harus diperhatikan untuk memajukan desa wisata di Kabupaten Kepulauan Mentawai," ujar Irfan Sukarna dalam sebuah pernyataan di Padang, Kamis lalu. Ia mengungkapkan bahwa BI memiliki program pembinaan bagi desa wisata di Kabupaten tersebut, salah satunya adalah Desa Muntei di Kecamatan Siberut Selatan. Program ini termasuk kegiatan pemberdayaan masyarakat lokal melalui pelatihan UMKM dan pengembangan atraksi budaya, Jumat, 3 Januari 2025.
Bandar Udara Mentawai yang diresmikan pada Oktober 2023 diharapkan menjadi solusi untuk meningkatkan aksesibilitas ke Mentawai. Sayangnya, hingga kini bandara ini belum mampu melayani penerbangan untuk pesawat jenis ATR dengan kapasitas 78 penumpang. Situasi ini menjadi perhatian penting, mengingat kelancaran aksesibilitas akan berpengaruh signifikan terhadap percepatan pengembangan desa wisata dan UMKM di Bumi Sikerei, sebutan bagi Mentawai.
"Kami percaya bahwa apabila kemudahan akses menuju Kabupaten Kepulauan Mentawai meningkat, maka perkembangan desa wisata dan UMKM akan terakselerasi dengan baik," kata Irfan. Pentingnya akses yang lebih mudah dan banyak ke Mentawai ditegaskan sebagai fondasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi lokal serta kesejahteraan masyarakat.
BI juga melihat potensi perkembangan pariwisata di Sumbar dengan adanya penerbangan perdana maskapai Scoot dari Singapura ke Sumbar yang dijadwalkan mulai 6 Januari 2025. Hal ini diharapkan dapat memacu peningkatan kunjungan wisatawan ke daerah Sumbar, termasuk Mentawai, yang sudah dikenal sebagai destinasi wisata internasional.
"Jadi kuncinya untuk memajukan pariwisata Sumbar ini ya kemudahan aksesnya," tegas Irfan. Kemudahan akses tidak hanya akan memberikan dampak positif bagi pariwisata, tetapi juga akan menggerakkan perekonomian lokal melalui sektor-sektor lain yang terkait.
Desa Muntei, sebagai salah satu desa wisata binaan BI di Mentawai, menjadi contoh penting bagaimana pemberdayaan dan pelatihan yang tepat dapat mengoptimalkan potensi lokal. BI fokus dalam mengembangkan produk lokal seperti batik khas Mentawai dan berbagai atraksi budaya lain yang mampu menarik wisatawan.
Kolaborasi antar pemangku kepentingan termasuk pemerintah daerah, pelaku industri pariwisata, dan komunitas lokal menjadi penting untuk memastikan bahwa aksesibilitas dan infrastuktur penunjang lain dapat berkembang dengan pesat. Optimalisasi bandara, perbaikan transportasi laut, dan peningkatan layanan penginapan menjadi beberapa aspek krusial yang perlu diperhatikan.
Dengan semua langkah ini, diharapkan Mentawai tidak hanya menjadi destinasi pariwisata terkenal di Indonesia, namun juga di kancah internasional. Potensi wisata yang dimiliki Mentawai dapat menjadi daya tarik utama serta sumber penggerak ekonomi baru bagi masyarakat setempat jika difasilitasi dengan akses yang mumpuni dan terencana dengan baik.
Pada akhirnya, komitmen BI untuk terus mendukung pengembangan desa wisata di Mentawai menjadi contoh bagaimana sinergi antara pengembangan ekonomi dan pelestarian budaya dapat berjalan beriringan. Program pemberdayaan yang berkelanjutan mengarah pada peningkatan kualitas hidup masyarakat serta ketahanan ekonomi lokal. Ini adalah bentuk investasi jangka panjang yang diharapkan membawa kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat di Kabupaten Kepulauan Mentawai.